
SEPUTARBANYUMAS.COM-Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah dinilai sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas generasi muda Indonesia. Namun, agar tujuan mulianya benar-benar tercapai, pelaksanaan program ini dinilai perlu mendapat evaluasi dan pengawasan ketat di lapangan.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Banjarnegara, Heling Suhono, menanggapi beragam pandangan masyarakat terkait pelaksanaan program MBG yang kini menjadi sorotan publik.
“Program MBG ini sangat luar biasa. Ini menunjukkan perhatian besar Presiden terhadap masa depan anak-anak Indonesia. Tujuannya jelas, yakni mencetak generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Heling saat ditemui di kantor PGRI Banjarnegara, Kamis (9/10/2025).
Meski mendukung penuh kebijakan tersebut, Heling tidak menutup mata terhadap berbagai persoalan di lapangan. Pihaknya menerima sejumlah keluhan dari guru mengenai kualitas dan kebersihan makanan yang disalurkan ke sekolah-sekolah.
“Secara prinsip kami sangat mendukung program ini. Tapi kenyataannya, ada penyedia makanan yang lebih mementingkan keuntungan dibanding kualitas. Akibatnya, mutu dan higienitas makanan sering kali tidak sesuai harapan,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti kasus dugaan keracunan makanan di beberapa daerah, yang meskipun tidak seluruhnya terkait langsung dengan program MBG, tetap menjadi sinyal penting agar pemerintah memperkuat sistem pengawasan.
“Jangan sampai program yang sejatinya baik ini justru menimbulkan masalah baru karena lemahnya kontrol di lapangan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Heling menilai kebijakan yang menugaskan guru untuk mencicipi makanan sebelum dibagikan kepada siswa juga kurang tepat. Menurutnya, tugas tersebut seharusnya dilakukan oleh ahli gizi atau petugas kesehatan, bukan oleh tenaga pendidik.
“Guru tugasnya mengajar dan mendidik. Menilai apakah makanan layak konsumsi atau bergizi bukan bagian dari tanggung jawab guru. Itu harus dilakukan oleh tenaga profesional di bidangnya,” ujarnya.
Heling menegaskan pentingnya adanya tim khusus yang bertugas memeriksa kualitas dan keamanan makanan sebelum didistribusikan ke sekolah. Pengawasan rutin dinilai menjadi kunci agar makanan yang dikonsumsi siswa benar-benar aman dan bergizi.
“Kalau sampai ada makanan yang tidak layak atau mengandung benda asing, dampaknya bisa sangat berbahaya bagi anak-anak. Karena itu, pengawasan harus dilakukan secara ketat dan berkelanjutan,” tegasnya.
PGRI Banjarnegara, kata Heling, akan terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program MBG melalui forum-forum internal. Masukan dari para guru akan dijadikan rekomendasi resmi kepada pemerintah daerah maupun pusat untuk perbaikan program ke depan.
“Kami siap bersinergi dengan pemerintah agar pelaksanaan MBG berjalan sesuai tujuan, yaitu menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter,” pungkasnya.



