Seputar BanyumasSeputar BanyumasSeputar Banyumas
  • Beranda
  • Banyumas
  • Cilacap
  • Purbalingga
  • Banjarnegara
  • Jateng
  • Nasional
  • Olahraga
  • Plesiran
  • Ragam
  • Risalah
  • Opini
  • Indeks
Seputar BanyumasSeputar Banyumas
  • Beranda
  • Banyumas
  • Cilacap
  • Purbalingga
  • Banjarnegara
  • Jateng
  • Nasional
  • Olahraga
  • Plesiran
  • Ragam
  • Risalah
  • Opini
  • Indeks
Pencarian
  • Beranda
  • Banyumas
  • Cilacap
  • Purbalingga
  • Banjarnegara
  • Jateng
  • Nasional
  • Olahraga
  • Plesiran
  • Ragam
  • Risalah
  • Opini
  • Indeks
Ikuti Kami
© 2025 Seputar Banyumas. All Rights Reserved.
Seputar Banyumas > Artikel > Risalah > Rasa Malu yang Ditanamkan Allah Dalam Hati Manusia
Risalah

Rasa Malu yang Ditanamkan Allah Dalam Hati Manusia

Bahron Ansori
Terakhir diperbarui: 12 November 2025 09:46
Bahron Ansori
Membagikan
Ilustrasi Rasa malu yang ditanamkan Allah dalam hati manusia adalah sifat mulia dan fitrah.
Ilustrasi Rasa malu yang ditanamkan Allah dalam hati manusia adalah sifat mulia dan fitrah.(sumber: Moeslim Choice)
Membagikan

Rasa malu yang ditanamkan Allah dalam hati manusia adalah sifat mulia dan fitrah. Dalam Islam, rasa malu memiliki kedudukan yang tinggi, terutama malu kepada Allah.

Contents
  • Makna dan Kedudukan Rasa Malu dalam Islam
  • Malu sebagai Cermin Keimanan dan Penghambaan
  • Teladan Para Salaf dalam Menjaga Rasa Malu
  • Hilang Rasa Malu, Hilangnya Keberkahan
  • Cara Menumbuhkan dan Menjaga Rasa Malu kepada Allah

Rasa malu ini adalah pengendali bagi seorang mukmin agar tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Malu itu sebagian dari iman” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa malu bukan sekadar sifat manusiawi, tetapi juga indikator keimanan seseorang.

Makna dan Kedudukan Rasa Malu dalam Islam

Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa rasa malu terhadap Allah adalah penentu hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya. Beliau menuturkan, “Barangsiapa yang merasa malu dikala ia hendak melakukan maksiat, Allah pun malu untuk menimpakan hukuman kepadanya pada hari dia bertemu dengan-Nya. Sebaliknya siapa saja yang tidak merasa malu untuk bermaksiat kepada-Nya, Allah juga tidak akan malu untuk menghukumnya.” (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, 1/170). Kalimat ini mengandung peringatan sekaligus harapan bagi orang-orang beriman agar senantiasa menjaga rasa malu terhadap Allah.

Malu kepada Allah berarti menyadari sepenuhnya bahwa Allah Maha Melihat segala amal dan perbuatan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Seorang mukmin yang memiliki rasa malu ini akan merasa diawasi setiap saat, sehingga berusaha menjauhi maksiat meskipun tidak ada orang lain yang melihatnya. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki rasa malu akan merasa bebas melakukan dosa tanpa beban.

Baca juga  Dokter Angka, Pahlawan Asal Banjarnegara yang Namanya Diabadikan di Purwokerto

Malu sebagai Cermin Keimanan dan Penghambaan

Ketika seseorang merasa malu kepada Allah, ia berusaha menjaga dirinya dari segala perbuatan yang bisa mendatangkan murka-Nya. Rasa malu ini menjadi benteng keimanan yang kokoh dan pengingat untuk selalu berada di jalan yang lurus.

Rasa malu kepada Allah adalah bukti penghambaan sejati. Seorang hamba yang benar-benar mengenal Tuhannya tidak akan berani bermaksiat dengan sengaja. Mereka akan malu jika harus berdiri di hadapan Allah dalam keadaan membawa dosa-dosa yang disengaja. Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya, “Bagaimana caranya agar kita bisa merasa malu kepada Allah?” Beliau menjawab, “Ingatlah bahwa Dia selalu melihatmu dan mengetahui apa yang kau sembunyikan.”

Rasa malu inilah yang membedakan antara hamba yang tulus dengan mereka yang berpura-pura dalam ketaatan. Penghambaan sejati selalu diiringi dengan kesadaran penuh akan pengawasan Allah. Tanpa rasa malu, seseorang akan dengan mudah terjerumus ke dalam dosa.

Teladan Para Salaf dalam Menjaga Rasa Malu

Para salafush shalih adalah contoh nyata dalam mengamalkan rasa malu kepada Allah. Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai orang yang paling pemalu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan pernah bersabda, “Tidakkah aku merasa malu kepada seseorang yang malaikat pun malu kepadanya?” (HR. Muslim). Rasa malu Utsman bukan hanya kepada manusia, tetapi terutama kepada Allah. Ia menjaga dirinya dari segala perbuatan yang bisa mencoreng kehormatannya di hadapan Allah.

Baca juga  Pelajaran Berharga dalam Quran Surat Al-Hujurat Ayat 11

Demikian juga dengan Abdullah bin Umar, yang selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia pernah berkata, “Aku tidak ingin melakukan sesuatu di tempat sepi yang tidak berani kulakukan di hadapan banyak orang.” Inilah cerminan dari hati yang selalu merasa malu kepada Allah.

Hilang Rasa Malu, Hilangnya Keberkahan

Ketika rasa malu kepada Allah hilang dari hati seseorang, maka dosa akan menjadi hal yang biasa. Maksiat yang awalnya ditinggalkan karena malu akan mulai dilakukan tanpa rasa bersalah. Ibnul Qayyim menyatakan bahwa orang yang tidak merasa malu saat bermaksiat telah membuka pintu bagi kehancuran dirinya sendiri. Allah akan mencabut keberkahan dari hidupnya dan memberikan hukuman yang setimpal di akhirat.

Dalam kondisi seperti ini, hati akan mengeras dan cahaya iman akan redup. Allah berfirman, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS. Al-Baqarah: 74). Hilangnya rasa malu adalah pertanda matinya hati.

Cara Menumbuhkan dan Menjaga Rasa Malu kepada Allah

Rasa malu kepada Allah dapat ditumbuhkan dengan meningkatkan keimanan dan pemahaman terhadap agama. Mengingat kebesaran Allah, menghayati ayat-ayat Al-Qur’an, dan merenungkan nikmat-nikmat yang diberikan Allah akan membantu seseorang untuk selalu merasa malu saat berbuat dosa. Selain itu, memperbanyak dzikir dan muhasabah diri juga membantu menjaga hati agar tetap hidup dan peka terhadap pengawasan Allah.

Baca juga  Mau Tahu Bagaimana Fondasi Perubahan Menuju Kehidupan Islami? Begini Caranya

Rasa malu yang benar akan menjadi penghalang kuat dari perbuatan dosa. Saat seseorang tergoda untuk melakukan maksiat, rasa malu kepada Allah akan mengingatkannya bahwa perbuatannya itu tidak layak dilakukan di hadapan Rabb yang Maha Pemurah. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Bila engkau ingin bermaksiat kepada Allah, carilah tempat di mana Allah tidak dapat melihatmu.” Kalimat ini mengingatkan bahwa tidak ada tempat di dunia ini yang luput dari pengawasan Allah.

Allah menjanjikan balasan yang indah bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa menjaga rasa malu. Mereka akan diampuni dan diberikan kemuliaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bagi yang tidak memiliki rasa malu, Allah tidak akan segan memberikan hukuman. Sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim, orang yang tidak malu untuk bermaksiat akan mendapati hukuman yang pedih sebagai konsekuensinya.

Malu kepada Allah adalah ciri khas orang-orang beriman. Menjaga rasa malu berarti menjaga keimanan dan akhlak. Sebaliknya, hilangnya rasa malu adalah awal dari kehancuran moral dan spiritual. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk menjaga rasa malu kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan kita, sehingga kita selamat di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam bish-shawab.

 

Follow akun sosial media kami untuk update berita terbaru!

TAG:malu kepada allahrasa malurasa malu dalam islam
Artikel Sebelumnya Liga 4 Jateng Dinamika Jelang Liga 4 Jateng: Persip Ditanya Gaji Nunggak, Persibat Muncul
Artikel Selanjutnya Hujan deras di banyumas Setiap Hujan Deras Banyumas Dikepung Bencana 

Tetap Update Berita Terbaru!

Follow akun media sosial Seputar Banyumas dan jangan lewatkan kabar penting seputar Banyumas dan sekitarnya!
FacebookSuka
XMengikuti
InstagramMengikuti
YoutubeSubscribe
TiktokMengikuti
- Advertisement -
Sumpah Pemuda

Mungkin Anda Suka

Saifuddin Zuhri
BanyumasRisalah

Saifuddin Zuhri Tokoh asal Sokaraja: Anaknya Jadi Menteri, Menantunya Ulama

Oleh Djamal SG
Ilustasi menjadi pribadi yang dirindukan dan dikenang zaman
Risalah

Menjadi Pribadi yang Dirindukan dan Dikenang Zaman

Oleh Bahron Ansori
Menjaga Kemurnian Akidah Di Era Digital
Risalah

Menjaga Kemurnian Akidah Di Era Digital

Oleh Bahron Ansori
Mualaf
Risalah

Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan Seorang Mualaf

Oleh Bahron Ansori
Seputar BanyumasSeputar Banyumas
Ikuti Kami
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Disclaimer
  • Terms of Service
  • Kebijakan Privasi
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lupa password?