
SEPUTARBANYUMAS.COM – 1 Sura atau 1 Muharam pada kalender Hijriah merupakan moment spesial bagi masyarakat, khususnya masyarakat jawa. Hal ini juga dilakukan oleh warga Desa Kemranggon Kecamatan Susukan Banjarnegara yang menggelar tradisi kirab tenong dan tukar takir.
Kegiatan yang dilakukan di Taman Maerakaca desa setempat ini merupakan satu ajang silaturahmi dan bentuk ungkapan syukur pada sang pencipta atas limpahan berkat yang telah diberikan, termasuk haparan ke depan agar hasil bumi di wilayah tersebut terus berlimpah dan mendapatkan keberkahan.
Tak hanya tradisi kirab tenong dan tukar takir, masyarakat juga melakukan kirab gunungan hasil bumi, dimana kegiatan ini menjadi bagian dari menjaga serta memupuk persaudaraan sesama warga, serta ungkapan rasa syukur atas limpahan rizki yang sudah diberikan dari sang maha kuasa, termasuk hasil panen warga yang melimpah pada tahun lalu serta harapan di tahun mendatang.
Tradisi tukar takir ini diawali dengan kirab tenong, dimana para kaum wanita desa dari berbagai penjuru desa tersebut memanggul tenong lengkap dengan lauk pauk yang terbungkus dengan daun pisang, kaum wanita ini berjalan menuju Taman Maerakaca yang merupakan pusat dari desa tersebut.
Selain barisan tenong yang dibawa oleh kaum wanita, gunungan hasil bumi yang ikut dikirab kemudian diperebutkan oleh warga, dimana masyarakat percaya jika mendapatkan hasil bumi dari gunungan tersebut ikut mendapatkan berkah, terlebih kegiatan tersebut dilakukan usai pembacaan doa oleh ulama dan tokoh agama setempat.
Setelah seluruh warga dan tenong sampai di pusat acara, warga kemudian duduk bersama dan juga dipanjatkan doa yang dipimpin oleh ulama dan tokoh agama setempat. Setelah pembacaan doa, warga kemudian bertukar takir untuk dinikmati bersama.
Tak hanya itu, dalam kegiatan tersebut juga dilakukan ritual pemendeman atau penanaman hasil bumi ke dalam tanah. Hal ini sebagai simbul dan harapan agar tanah di wilayah tersebut tetap subur dan memberikan hasil pertanian yang berlimpah bagi masyarakat di masa mendatang.
Kepala Desa Kemranggon, Sutoyo mengatakan, tradisi tukar takir dan kirab tenong merupakan warisan leluhur yang harus dipertahankan, dimana selain bentuk ungkapan rasa syukur, ada nilai kebersamaan dan saling sapa antar warga.
“Ada kekompakan dan kebersamaan warga dalam kegiatan ini, bukan hanya sekadar makan, tetapi ada nilai budaya dan kebersamaan. Ini dibuktikan dengan tersedianya lebih dari 6 ribu takir, dan semua berasal dari swadaya masyarakat,” katanya.
Kegiatan kirab tenong dan tukar takir pada awal tahun baru Islam ini juga mendapatkan dukungan dari masyarakat desa setempat, selain untuk menjalin silaturahmi, kegiatan ini juga bentuk syukur serta menjaga kekompakan seluruh masyarakat desa.

 
 
 
 
 
 
 