
SEPUTARBANYUMAS.COM – Kerusakan hutan di wilayah Kabupaten Banjarnegara semakin memprihatinkan, bahkan ada ratusan hectare kawasan hutan di Desa Jatilawang, Kecamatan Wanayasa Banjarnegara rusak dan diduga akan beralih fungsi menjadi lahan pertanian tanpa izin.
Kondisi ini terlihat saat tim gabungan dari Perhutani KPH Banyumas Timur dan Kodim 0704 Banjarnegara melakukan patroli hutan, Jumat (1/8/2025).
Komandan Kodim 0704 Banjarnegara Letkol CZI Teguh Prasetyanto, mengaku prihatin dengan kondisi hutan yang semakin rusak dan tak terjaga. Bahkan, beberapa lahan sudah berubah menjadi ladang, tentu saja ini butuh perhatian semua pihak dan kesadaran bersama, sehingga kerusakan tidak semakin meluas.
“Dampak kerusakan hutan ini akan sangat luas, tidak hanya rawan akan bencana longsor, tetapi juga ketersediaan air dan sedimentasi. Kami minta masyarakat yang terlibat dalam alih fungsi lahan hutan untuk menghentikan aktivitasnya. Kalau ingin memanfaatkan hutan, ikuti mekanismenya. Jangan dirusak, karena dampaknya tidak cuma hari ini, tapi juga anak cucu kita nanti, jadi ikuti dan patuhi aturan yang berlaku,” katanya.
Sebagai bentuk edukasi, dalam patroli tersebut, Perhutani dan Kodim 0704 Banjarnegara juga memasang spanduk larangan perambahan dan memberikan sosialisasi langsung kepada warga sekitar.
Tak cukup sampai di sini, tim gabungan ini juga menjalin kerjasama dengan semua pihak untuk melakukan penghijauan dan reboisasi. Hal ini sangat penting, mengingat lahan yang rusak cukup luas.
Menurutnya, masalah perambahan hutan bukan isu baru. Namun berdasarkan data terbaru dari relawan lingkungan, kondisinya kini berada di titik yang mengkhawatirkan. Bahkan berdasarkan data dari pegiat lingkungan, perambahan hutan di wilayah Banjarnegara telah menggerus sedikitnya 690 hektare kawasan hutan.
Maman Fansha, pegiat lingkungan dari Serayu Network mengatakan, kerusakan hutan di Banjarnegara ini sudah sangat serius, tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga sudah merusak serapan air dan menyebabkan bajir.
“Dari data yang kami miliki, ada lima desa mengalami kerusakan terparah, yakni Balun (212 ha), Wanaraja (197 ha), Jatilawang (143 ha), Tempuran (129 ha), dan Wanayasa (8,8 ha),” katanya.


