
SEPUTARBANYUMAS.COM- Siapa sangka minyak jelantah yang biasa dibuang begitu saja kini bisa mengudara? Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap kembali mencuri perhatian dengan gebrakan inovatifnya di sektor energi nasional. Kali ini, mereka bersiap memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) alias bahan bakar pesawat ramah lingkungan berbahan dasar minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO).
Langkah ini menandai tonggak penting dalam upaya transisi energi bersih di Indonesia. Tak hanya menjawab tantangan krisis iklim global, inovasi ini juga memperkuat posisi Kilang Cilacap sebagai pionir pengembangan energi berkelanjutan di Tanah Air.
Dalam agenda Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Gedung Donan Hall Cilacap, terungkap bahwa seluruh fasilitas penunjang dan tim teknis telah disiapkan. Kolaborasi lintas divisi telah digerakkan untuk mendukung kesiapan produksi SAF dari UCO secara optimal.
“Pada kesempatan ini semua multidisiplin dan fungsi direktorat sudah memberikan kontribusi dan saling berkolaborasi,” ujar Manager Engineering & Development Kilang Cilacap, Jefri A. Simanjuntak, Senin (21/7/2025).
Menurut Jefri, proyek ini tak hanya mendukung percepatan transisi energi nasional menuju energi terbarukan, tetapi juga menekan emisi karbon. “Selain mewujudkan percepatan transisi energi, juga untuk menekan emisi karbon karena produk SAF sangat ramah lingkungan,” tegasnya.
Tahapan uji coba (plan test) dijadwalkan dimulai pada pekan keempat Juli 2025, dan berlanjut hingga Agustus 2025. Semua unit produksi disebut sudah siap, termasuk kesiapan sumber daya manusia di bagian operasional.
“Unit sudah ready dan teman-teman operasional memahami operasional untuk memastikan kegiatan ini berlangsung dan berjalan lancar,” lanjut Jefri.
Untuk tahap awal, SAF akan diproduksi dengan kapasitas 8,9 metric barrel (MB). Komposisinya adalah 3 persen minyak jelantah dicampur dengan bahan baku avtur, yang kemudian diolah menjadi SAF siap pakai.
Langkah strategis ini bukan sekadar terobosan teknologi, tapi juga selaras dengan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama poin ketujuh (energi bersih dan terjangkau) dan kesembilan (industri, inovasi, dan infrastruktur).
Tak hanya itu, inisiatif ini juga mendukung Asta Cita kelima Presiden RI, yakni hilirisasi dan industrialisasi untuk nilai tambah ekonomi nasional.
Dengan terobosan ini, Kilang Cilacap menandai babak baru dalam peta energi nasional. Dari dapur ke langit, dari jelantah jadi bahan bakar masa depan.

 
 
 
 
 
 
 