
SEPUTARBANYUMAS.COM – Suasana pagi yang tenang di Dusun Sudagaran, Desa Sudagaran, Kecamatan Sidareja, mendadak berubah mencekam setelah kobaran api melahap dapur milik seorang warga pada Sabtu (19/7/2025), sekitar pukul 07.30 WIB. Api dengan cepat menyambar bangunan belakang rumah yang digunakan sebagai dapur, memicu kepanikan warga sekitar.
Rumah milik Boy Nurhuda, warga setempat, menjadi sasaran si jago merah. Saat kejadian, Boy hanya bisa pasrah menyaksikan api melalap bagian dapurnya. Tak hanya bangunan yang hangus, empat unit sepeda dan enam ekor ayam peliharaan juga ikut menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
Kepala Seksi Damkar dan Penyelamatan Satpol PP Cilacap, Supriyadi, mengungkapkan bahwa api diduga berasal dari tungku kayu tradisional yang masih menyala dan ditinggal oleh pemilik rumah.
“Awal mula kejadian pukul 06.30 WIB. Ibu Idah, istri pemilik rumah, sedang memasak air lalu mengukus pisang. Setelah itu, ia meninggalkan dapur untuk bersih-bersih kayu di depan rumah. Tanpa disadari, api dari tungku merambat ke tumpukan kayu yang ada di sampingnya,” ujar Supriyadi.
Kejadian pertama kali diketahui oleh Jumadi (67), tetangga korban, yang melihat kobaran api sudah membesar dari arah dapur. Sontak ia berteriak meminta tolong dan dibantu oleh Darmuji (60) serta warga lainnya yang berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya.
Petugas dari Pos Damkar Sidareja tiba di lokasi setelah api berhasil dipadamkan oleh warga. Karena itu, petugas hanya melakukan pendataan, pelaporan, dan sosialisasi program Satkartaru Siap kepada masyarakat sekitar.
“Saat petugas tiba, api sudah padam. Kami hanya lakukan pendataan dan edukasi kepada warga agar lebih waspada dengan potensi kebakaran rumah, terutama yang masih menggunakan tungku kayu,” imbuhnya.
Akibat kejadian tersebut, bangunan dapur berukuran 4 x 5 meter hangus terbakar. Tak hanya itu, 4 unit sepeda dan 6 ekor ayam bangkok milik korban juga turut menjadi korban amukan api. Meski tidak ada korban jiwa, kerugian materi diperkirakan mencapai Rp15 juta.
Petugas mengimbau masyarakat yang masih menggunakan perapian tradisional agar lebih berhati-hati dan tidak meninggalkan api tanpa pengawasan. Paastikan api tungku benar-benar padam setelah digunakan dan tidak menyimpan bahan mudah terbakar di sekitarnya.
“Kami minta warga tetap waspada, apalagi di musim kemarau seperti sekarang. Kebakaran rumah bisa terjadi kapan saja hanya karena kelalaian kecil,” tutupnya.


