
SEPUTARBANYUMAS.COM – Semangat Bung Karno kembali membara di Cilacap. Dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Cilacap menggelar konsolidasi dan doa bersama di Desa Bulusari, Gandrungmangu, Minggu (29/6). Namun kegiatan ini bukan sekadar rutinitas politik, melainkan sebuah momentum ideologis untuk memperkuat barisan dan meneguhkan kembali semangat perjuangan kader partai.
Acara yang dihadiri oleh jajaran pengurus DPC, anggota Fraksi DPRD, serta kader dari seluruh Pengurus Anak Cabang (PAC) se-Dapil 2 ini menjadi ajang refleksi dan penyatuan visi dalam menghadapi tantangan politik ke depan. Dengan mengusung tema “Kekuatan Kita Harus Bersumber kepada Kekuatan Rakyat, Tetap Apinya Semangat Kita”, suasana acara terasa penuh semangat, namun juga khidmat.
Ketua DPC PDI Perjuangan Cilacap, Taufik Nurhidayat, yang memimpin langsung konsolidasi ini menegaskan pentingnya menjaga api semangat ideologis agar tidak padam. Ia menekankan bahwa konsolidasi bukan hanya seremoni internal partai, tetapi bagian dari proses mendalam untuk menyatukan tekad perjuangan di tengah dinamika politik yang terus berubah.
“Konsolidasi adalah menyatukan pikir. Kita masuk partai dan kita menjadi orang terhormat, pengurus partai di tingkatannya sampai anak ranting. Supaya tidak keluar dari konsep, dari pokoknya, apa ide-ide gagasannya Bung Karno,” ujarnya.
Ia menyoroti pentingnya memperkuat akar partai di tingkat paling bawah. Menurutnya, tanpa bonding kuat di tingkat struktural desa dan RT-RW, partai tidak akan efektif menyampaikan aspirasi rakyat. “Kalau tidak bonding pengurus di tingkat bawah, bagaimana masyarakat tahu bahwa PDI Perjuangan jadi partai penyalur lidah rakyat?” tegas Taufik.
Dalam forum itu, ia juga mengajak seluruh kader untuk mawas diri dan kembali pada esensi menjadi pengurus. “Pengurus, kata dasarnya ‘urus’. Maka sanggupkah mengurus diri sendiri, kemudian mengurus partai? Kalau tidak, biarkan mereka yang sanggup mengurus partai ini,” katanya lugas.
Taufik tak menutup mata pada dinamika elektoral yang dihadapi partainya di Cilacap. Ia mengungkap bahwa sejak reformasi, PDI Perjuangan pernah mencapai 17 kursi di DPRD, dan kini tengah mengkaji strategi untuk kembali ‘melenting’.
“Sudah pernah melenting PDI Perjuangan dengan gala ideologi dan bonding dengan masyarakat, maka insya Allah melenting di arah sama. Bukan barang sulit, tapi juga tidak dianggap mudah,” ujarnya penuh keyakinan.
Acara ditutup dengan doa bersama dan pemotongan tumpeng, sebagai simbol rasa syukur sekaligus semangat kolektif kader partai. Momen ini menjadi pengingat bahwa politik bukan sekadar kontestasi kekuasaan, melainkan gotong royong memperjuangkan rakyat sebagai pemilik ‘saham terbesar’ dalam demokrasi.
“Maka inilah perjuangan gotong royong bersama pengurus partai, yang nanti menjadi kader-kader militan, menjadi partai pelopor. Rakyat nanti sebagai pemegang saham, bahkan saham semuanya. Maka PDI Perjuangan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat,” pungkas Taufik.

 
 
 
 
 
 
 