
SEPUTARBANYUMAS.COM – Cilacap Expo 2025 menjadi panggung inklusif yang tak hanya menampilkan potensi usaha dan komunitas lokal, tetapi juga memberi ruang ekspresi bagi kelompok yang jarang mendapat sorotan: para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).
Salah satu penampilan yang mencuri perhatian datang dari Grup Musik Keroncong BILAS (Binaan Lapas) yang beranggotakan narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Cilacap. Dengan irama keroncong yang khas, mereka menyuguhkan performa memikat yang langsung mendapat apresiasi dari pengunjung dan panitia.
Penampilan mereka tak sekadar menjadi hiburan. Lebih dari itu, ini merupakan bentuk nyata hasil pembinaan mental dan seni budaya yang difasilitasi oleh pihak Lapas.
“Kami akan berikan penampilan yang maksimal untuk membayar kepercayaan yang diberikan kepada kami. Kami bahkan sudah berlatih dan mempersiapkan penampilan terbaik Keroncong BILAS untuk kesempatan ini,” ungkap Nanda Hakiki, Kepala Subseksi Bimbingan Kerja Lapas Cilacap, yang juga menjadi pembina kelompok musik tersebut, Sabtu (19/7/2025).
Kehadiran Keroncong BILAS mendapat respons positif dari berbagai pihak, termasuk panitia penyelenggara, pemerintah daerah, dan para pengunjung expo. Musik keroncong yang mereka bawakan dikemas secara menarik, memadukan nilai-nilai budaya dengan semangat pembaruan.
Kepala Lapas Kelas IIB Cilacap, Efendi Johan, menyampaikan bahwa penampilan para warga binaan ini merupakan bagian dari upaya pemasyarakatan yang berkelanjutan.
“Kami ingin tunjukkan bahwa di dalam lapas juga bisa lahir karya, bukan hanya penyesalan. Musik jadi media ekspresi yang positif,” ujarnya.
Selain membangun semangat dan percaya diri warga binaan, kegiatan ini juga diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat tentang kehidupan di dalam lembaga pemasyarakatan. Bahwa para narapidana, dengan dukungan dan pembinaan yang tepat, tetap memiliki potensi untuk berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat.
Partisipasi Keroncong BILAS dalam Cilacap Expo 2025 menjadi simbol kolaborasi antara lembaga pemasyarakatan dan pemerintah daerah dalam mewujudkan pendekatan pemasyarakatan yang humanis dan inklusif.
Program ini menunjukkan bahwa proses rehabilitasi dapat berlangsung secara produktif dan bermanfaat, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat secara luas.

 
 
 
 
 
 
 