Gus Dur Jadi Pahlawan! Siswa MI Al Muttaqin Kenang Lewat Seni Grafis. Dalam semangat memperingati Hari Pahlawan Nasional yang jatuh setiap 10 November, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Muttaqin Binangun, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap, menghadirkan cara unik dan kreatif untuk menanamkan nilai-nilai kepahlawanan kepada peserta didiknya.
Lewat kegiatan bertema “Tumbuhkan Kepekaan Kemanusiaan melalui Seni Grafis”, sekolah ini mengajak siswa mengenal para tokoh pahlawan nasional melalui kegiatan mewarnai dan menghias kelas.
Suasana ruang kelas 2 MI Al Muttaqin pada Selasa (11/11) tampak semarak. Delapan gambar tokoh pahlawan nasional Indonesia dicetak di atas kain berukuran 50×50 sentimeter dan digantung rapi di bawah atap ruang kelas.

Dua puluh tujuh siswa dengan penuh antusias mewarnai salah satunya gambar Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tokoh yang baru saja dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Prabowo Subianto.
Kegiatan sederhana namun bermakna ini menjadi sarana bagi siswa untuk mengenal sosok-sosok bersejarah bangsa dengan cara menyenangkan, sambil menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kemanusiaan.
Kenalkan Pahlawan Gus Dur Lewat Pendekatan Kreatif
Kepala MI Al Muttaqin Binangun, Nur Laeli, mengatakan bahwa sekolah sengaja memanfaatkan seni grafis sebagai media pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa sekaligus membangkitkan rasa ingin tahu mereka terhadap perjuangan para pahlawan.
“Kami mencetak gambar delapan tokoh pahlawan yang mewakili beragam bidang perjuangan,” ujarnya.
Tokoh-tokoh tersebut antara lain Jenderal Besar Soedirman yang dikenal sebagai pejuang militer tangguh, Wage Rudolf Soepratman sang pencipta lagu kebangsaan, Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional, serta Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.
Selain itu, dua sosok perempuan RA Kartini dan Cut Nyak Dien dihadirkan sebagai simbol keteguhan dan emansipasi wanita, sedangkan Sultan Hasanuddin dan Teuku Umar mewakili semangat perjuangan rakyat di masa penjajahan.
Sebelum sesi mewarnai dimulai, guru kelas memperkenalkan kisah hidup dan perjuangan para pahlawan tersebut agar siswa memahami nilai-nilai luhur di balik setiap gambar yang mereka warnai.

Gus Dur, Simbol Kemanusiaan dan Pluralisme
Dari delapan tokoh yang dikenalkan, Gus Dur menjadi figur yang paling menonjol dalam kegiatan ini. Gambar yang disiapkan untuk siswa menampilkan sosok Gus Dur tengah menyaksikan pertunjukan barongsai dengan latar hiasan lampion, simbol keragaman budaya dan toleransi antarumat.
Menurut Nur Laeli, pemilihan Gus Dur bukan tanpa alasan. “Gus Dur baru saja diresmikan sebagai Pahlawan Nasional karena perjuangannya di bidang politik, pendidikan Islam, dan kemanusiaan. Beliau dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan pluralisme dan toleransi di Indonesia,” jelasnya.
Ia menambahkan, salah satu perjuangan penting Gus Dur adalah keberaniannya mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang bersifat diskriminatif terhadap masyarakat Tionghoa.
“Kami ingin anak-anak belajar dari sosok Gus Dur bahwa perjuangan tidak hanya di medan perang, tetapi juga tentang kemanusiaan dan keadilan sosial,” tambahnya.

Menanamkan Nilai Kepahlawanan Sejak Dini
Sebagai lembaga pendidikan berbasis Islam, MI Al Muttaqin memandang penting untuk mengenalkan figur pahlawan yang dekat dengan nilai-nilai keagamaan dan sosial. Gus Dur dianggap memiliki kedekatan spiritual sekaligus menjadi teladan dalam pendidikan karakter.
“Kami berharap siswa terinspirasi untuk memiliki kepedulian sosial, semangat belajar tinggi, dan menghargai perbedaan, sebagaimana yang dicontohkan Gus Dur,” tutur Laeli.
Kegiatan mewarnai dan menghias kelas ini bukan sekadar peringatan tahunan, melainkan bagian dari upaya membentuk karakter generasi muda agar lebih peka terhadap nilai kemanusiaan dan cinta tanah air. Melalui kegiatan kreatif semacam ini, guru dan siswa dapat berinteraksi dalam suasana belajar yang menyenangkan sekaligus bermakna.

Seni Sebagai Media Pendidikan Karakter
MI Al Muttaqin meyakini bahwa pendidikan karakter tidak hanya bisa diajarkan melalui teori, tetapi juga melalui pengalaman estetis seperti menggambar dan mewarnai. Anak-anak belajar mengekspresikan perasaan mereka sambil menyerap pesan moral dari tokoh-tokoh pahlawan nasional.
“Lewat warna, anak-anak belajar tentang semangat, ketulusan, dan keberanian. Mereka tak sekadar menggambar, tapi juga meneladani,” ujar Laeli.
Dengan kegiatan ini, semangat Hari Pahlawan tidak hanya dirayakan lewat upacara dan pidato, tetapi juga melalui karya nyata yang menggugah imajinasi anak. Para guru berharap, kegiatan serupa dapat terus dikembangkan agar siswa semakin mengenal sejarah bangsanya dan tumbuh menjadi generasi yang menghargai jasa para pahlawan.
Menghidupkan Semangat Pahlawan di Era Modern
Di tengah kemajuan teknologi dan arus globalisasi, nilai-nilai kepahlawanan sering kali terlupakan. Karena itu, MI Al Muttaqin berkomitmen untuk terus menanamkan semangat nasionalisme dan kemanusiaan melalui kegiatan yang relevan dengan dunia anak-anak.
Kegiatan mewarnai gambar Gus Dur menjadi bukti bahwa semangat pahlawan bisa diajarkan dengan cara yang sederhana namun berdampak besar. Anak-anak tidak hanya belajar mengenal tokoh sejarah, tetapi juga memahami makna perjuangan, toleransi, dan cinta sesama.
“Semoga dengan cara sederhana ini, anak-anak tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang berani, peduli, dan berjiwa pahlawan,” pungkas Nur Laeli.
Kegiatan di MI Al Muttaqin Binangun menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan nilai dapat dikemas secara kreatif dan menyenangkan. Dengan menjadikan sosok Gus Dur sebagai inspirasi, sekolah ini tidak hanya memperingati Hari Pahlawan, tetapi juga menanamkan semangat kemanusiaan, pluralisme, dan cinta tanah air di hati generasi muda.
Melalui sentuhan warna dan seni grafis, nilai-nilai luhur kepahlawanan terus hidup, membentuk karakter anak-anak menjadi pribadi yang toleran, peduli, dan siap berkontribusi bagi bangsa di masa depan.



