
SEPUTARBANYUMAS.COM-Kasus keracunan massal yang menimpa ratusan santri di Pondok Pesantren Modern Desa Pingit, Kecamatan Rakit, Banjarnegara, mulai terungkap. Hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) menunjukkan bahwa air yang dikonsumsi para santri tercemar bakteri E. coli dan Coliform.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kabupaten Banjarnegara, dr. Latifa Hesti Purwaningtyas, mengatakan bahwa sampel air dari pondok pesantren terbukti mengandung bakteri berbahaya tersebut.
Menurutnya, selama ini pondok pesantren ini menggunakan air dari sumber mata air yang berjarak sekitar 1 kilometer, air tersebut ditampung dalam bak terbuka. Kondisi ini membuat air sangat rentan tercemar kotoran hewan, sampah, hingga daun kering.
“Bak penampungan terbuka memungkinkan masuknya berbagai kotoran. Hasil uji laboratorium membuktikan adanya kontaminasi,” katanya.
Selain itu, lokasi dapur pondok juga berdekatan dengan septic tank yang belum permanen. Hal ini memperbesar risiko tercampurnya bakteri dari limbah manusia ke dalam makanan maupun minuman.
Hasil Lab: Air Minum Mengandung Bakteri Berbahaya
Labkesda menemukan bahwa air baku dan air galon yang dikonsumsi santri positif terkontaminasi E. coli dan Coliform. Kedua bakteri ini menjadi indikator kuat adanya pencemaran tinja manusia.
Tidak hanya air, tim kesehatan juga mengambil sampel makanan yang diduga ikut menjadi penyebab keracunan. Namun, hasil uji makanan masih menunggu pemeriksaan lanjutan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Tengah di Semarang.
Langkah Penanganan dan Rekomendasi
Untuk mencegah kasus serupa, Dinkes Banjarnegara memberikan sejumlah rekomendasi kepada pihak pondok pesantren, di antaranya:
- Pemberian kaporit secara berkala pada sumber air.
- Perbaikan sistem perlindungan mata air agar tidak mudah tercemar.
- Penggantian lampu UV pada instalasi pengolahan air.
- Pemeriksaan kualitas air minimal sebulan sekali.
- Pembersihan rutin bak penampungan air.
Dinas Kesehatan juga mengimbau agar seluruh pondok pesantren serta lembaga pendidikan memperhatikan sanitasi, terutama jarak aman antara sumber air dan tempat pengolahan makanan.
“Kesehatan para santri adalah tanggung jawab bersama. Kami berharap semua lembaga lebih ketat dalam mengawasi sumber air dan fasilitas sanitasi,” tegas dr. Latifa.
Kronologi Kejadian Keracunan
Kasus keracunan massal terjadi pada Senin malam (15/9/2025) sekitar pukul 19.30 WIB. Puluhan santri mendatangi Puskesmas 1 Rakit dengan gejala pusing, mual, muntah, demam, hingga nyeri perut.
Awalnya hanya 34 santri yang sakit, namun jumlahnya terus bertambah hingga mencapai 146 orang. Para pasien akhirnya mendapat perawatan di Puskesmas 1 Rakit, Puskesmas Mandiraja, Puskesmas Wanadadi, dan RSUD Banjarnegara.



