
SEPUTARBANYUMAS.COM-Pelaksanaan Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang akan berlangsung di Jakarta pada 27-29 September 2025 ini menjadi momentum yang sangat penting untuk menuju PPP lebih baik lagi.
Muktamar X PPP 2025 ini bukan hanya sekadar agenda rutin lima tahunan yang harus dilakukan sebuah organisasi, tidak hanya sekadar memilih ketua umum, serta standart agenda rutin sebuah organisasi, tetapi ada hal yang lebih penting demi menentukan PPP lima tahun ke depan.
Mengingat pentingnya momentum Muktamar X PPP kali ini, Wakil Ketua Umum DPP PPP KH Musyafa Nur menegaskan bahwa, pelaksanaan Muktamar harus berjalan dengan transparan, jujur, dan tidak ada intimidasi. Muktamar harus berjalan sengan tertib, tanpa konflik, dan tidak saling menjatuhkan.
“Kita sudah kehilangan Senayan dari hasil Pemilu 2024 lalu, mau rebut, apa yang diperebutkan. Jadi semuanya harus sadar bahwa, PPP butuh orang yang mampu membesarkan PPP,” katanya.
Menurutnya, PPP merupakan partai islam, dengan begitu sudah barang tentu kader-kadernya juga harus berprilaku Islami. Ia juga menegaskan bahwa Muktamar harus berjalan dengan baik sesuai aturan main dan harus transparan.
Pada Muktamar X PPP kali ini ada agenda penting dari partai politik. Satu yang menjadi agenda penting dalam Muktamar X PPP kali ini adalah melakukan evaluasi dan koreksi terkait PPP pada Pemilu 2024.
Yang paling mendesak adalah terkait evaluasi PPP tidak lolos pada ambang batas minimal parlemen atau Parliamentary threshold yang menyebabkan PPP gagal ke Senayan. Masalah ini menjadi pukulan telak dan sangat disayangkan, mengingat PPP adalah partai yang diwariskan para ulama dan kiyai.
“Kalau sekadar kursi berkurang itu masih wajar, tetapi ini baru pertama kali terjadi PPP gagal ke Senayan. Ini pukulan telak dan seharusnya tidak terjadi,” ujarnya.
Berangkat dari hal tersebut, maka muncul sebuah ide untuk mengembalikan kejayaan PPP. Harus ada semacam transformasi, reformasi, atau sebuah perubahan, mulai dari struktur partai maupun orangnya. “Istilahnya harus ada ‘Al-Muhafadhotu ala Qodimis Sholih wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah’ atau sebuah kaidah atau prinsip Islam dengan ‘Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik’. Yang baik kita pertahankan, dan yang lebih baik harus kita pakai,” katanya.
Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai tradisi yang sudah terbukti baik, sambil tetap terbuka untuk mengadopsi hal-hal baru yang lebih bermanfaat dan menjadian PPP ke depan lebih baik lagi.
Dengan begitu, perubahan di tubuh partai harus dilakukan demi menjadikan PPP lebih baik lagi, terutama pada jajaran ketua umum, karena yang bertanggungjawab terkait hal ini adalah ketua umum.
Pencarian Figur Pemimpin Baru
Mendasar pada hal tersebut, maka PPP melakukan pencarian figur, mulai dari internal hingga ekstermal dengan melakukan pendekatan pada sejumlah tokoh. Setelah melihat pada internal tidak ada yang siap, maka kemudian melakukan pencarian tokoh dari eksternal.
Saat pencarian sosok bakal calon ketua umum PPP itu muncul beberapa nama, mulai dari Sandiaga Uno, Dudung, hingga Marzuki Ali, namun semua belum ada titik temu. “Alhamdulillah, di saat last minute muncul nama Agus Suparmanto. Setelah berbagai diskusi, kami yakin kehadiran beliau adalah bagian dari takdir Allah. Mudah-mudahan di bawah kepemimpinannya, PPP bisa bangkit dan kembali ke Senayan pada Pemilu 2029,” katanya.
Sementara itu, Ketua DPC PPP Banjarnegara Edy Purwanto menyatakan bahwa duet Agus Suparmanto sebagai ketua umum dan KH Taj Yasin Maimoen sebagai sekretaris umum ini diyakini tidak hanya mengembalikan PPP ke Senayan, tetapi akan menjadikan PPP semakin baik lagi.
“PPP saat ini sudah belajar dari Pemilu 2024, dan kami sangat optimistis PPP menjadi lebih baik. Dukungan dari para sesepuh PPP, Kiyai, Ulama, ini akan menjadi kekuatan PPP di bawah kepemimpinan Agus Suparmanto dan Gus Yasin. Kami berharap nanti bisa aklamasi, semua bisa langsung bekerja dengan baik,” katanya.


