Raffi Ahmad dibuat kagum saat menyaksikan langsung transformasi besar yang terjadi di Lapas Nusakambangan, Cilacap. Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni itu tak menyangka, pulau yang selama ini dikenal sebagai “Pulau Penjara” kini menjelma menjadi pusat ketahanan pangan nasional yang produktif dan inspiratif.
Kunjungannya pada Rabu (5/11/2025) sekaligus membuka matanya tentang perubahan besar yang digerakkan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Agus Andrianto. Raffi menilai, tangan dingin sang menteri berhasil menyulap Nusakambangan menjadi kawasan yang tidak hanya membina warga binaan, tetapi juga memberdayakan mereka melalui berbagai kegiatan produktif.
“Saya salut sama Pak Menteri Agus yang bisa menyulap Lapas Nusakambangan jadi tempat produktif dan bermanfaat,” ujar Raffi Ahmad.
Menurut Raffi, program budidaya sidat, belut, tambak ikan, hingga pertanian di lahan nonproduktif yang dijalankan di Nusakambangan merupakan inovasi nyata yang membawa dampak besar bagi masyarakat dan para narapidana.
“Ini transformasi luar biasa. Dulu kita dengar Nusakambangan identik dengan penjara, sekarang justru bisa jadi pusat ketahanan pangan,” lanjutnya.
Tak hanya kagum dengan hasilnya, Raffi juga menyoroti dampak sosial dan ekonomi dari program ini. Ia menyebut warga binaan kini tak sekadar menjalani masa hukuman, tetapi juga bekerja, memperoleh upah, dan menabung untuk bekal hidup setelah bebas.
“Teman-teman yang sedang menjalani hukuman di sini bisa bekerja, punya tabungan, dan keterampilan baru. Setelah keluar, mereka bisa cari kerja dan tidak kembali ke jalan yang salah,” ungkapnya.
Selain sektor perikanan, Raffi menilai potensi pertanian dan ekspor hasil bumi Nusakambangan sangat menjanjikan. Ia menyebut, berbagai produk dari pulau ini berpeluang besar menembus pasar nasional bahkan internasional.
“Saya lihat tambak, belut, sidat, dan hasil pertanian yang bisa diekspor. Ini benar-benar luar biasa,” tutur Raffi.
Transformasi besar Nusakambangan ini merupakan bagian dari gebrakan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan di bawah kepemimpinan Agus Andrianto. Langkah tersebut tak hanya memperkuat program ketahanan pangan nasional, tetapi juga menjadi model baru pembinaan lapas modern yang mengutamakan pemberdayaan, ekonomi produktif, dan kemanusiaan.



