
SEPUTARBANYUMAS.COM – Sedikitnya 17 rumah di Desa Sembawa, Kecamatan Kalibening Banjarnegara mengalami kerusakan akibat adanya pergerakan tanah. Sebenarnya pergerakan tanah ini sudah terjadi sejak 4 tahun lalu, hanya saja saat ini kondisinya semakin parah akibat wilayah tersebut diguyur hujan dengan intensitas tinggi dalam dua hari terakhir.
Akibatnya, tanah tersebut kembali bergerak dan merusak rumah milik warga, bahkan bangunan rumah warga mengalami retak, amblas, hingga bangunan rumah menjadi miring. Tak hanya itu, warga juga merasa khawatir saat hujan melanda, khususnya pada malam hari.
Dari 17 rumah yang mengalami kerusakan, tiga rumah sudah direlokasi, sementara siswanya masih bertahan dengan kondisi bangunan yang sudah membahayakan penghuninya. Bangunan rumah warga terlihat retak hingga 10 sentimeter, termasuk pada lantai yang amblas dan menyebabkan bangunan rumah menjadi miring.
Timah (70) warga Desa Sembawa yang rumahnya sudah terlihat miring mengaku sangat takut, meski saat ini dirinya masih menempati rumah tersebut, rasa takut semakin tinggi saat hujan melanda wilayahnya.
Rumah Timah mengalami kerusakan cukup parah pada bagian belakang, dimana dinding rumah terlihat retak, bahkan lantai juga sudah amblas. “Kalau hujan tidak berani ke belakang, karena selain retak, bangunan juga sudah miring,” ujarnya.
Hal yang sama juga dialami oleh Tarbini (80), dia bersama warga lainnya mengharapkan ada penanganan yang tepat, sehingga warga tidak mengalami ketakutan saat hujan turun. Dia juga mengaku jika kondisi rumahnya sudah miring.
“Bangunan sudah hampir semuanya retak, bahkan kondisi bangunan rumah sudah miring, hampir seluruh bagian rumah saya rusak,” katanya.
Sementara itu, Aditya Yoga, Kepala Desa Sembawa mengatakan, adanya pergerakan tanah di wilayahnya ini sebenarnya sudah terjadi sejak empat tahun lalu dan sudah dilaporkan dengan dinas terkait.
Hingga saat ini, akibat pergerakan tanah yang terjadi di wilayahnya sudah adan 17 rumah yang mengalami kerusakan, 3 rumah diantaranya terpaksa harus direlokasi. Sehingga masih menyisakan 14 rumah yang terdampak dari pergerakan tanah tersebut.
“Tiga sudah relokasi, kami menyediakan tempatnya saja dengan menggunakan tanah milik desa, namun saat ini masih ada 14 rumah yang belum direlokasi,” katanya.
Menurutnya, dari 14 rumah yang ada saat ini, dua rumah diantaranya rusak berat, dimana kondisi dinding bangunan rekat dan lantai amblas, tak hanya itu bangunan rumah tersebut juga sudah miring dan dinilai membahayakan penghuninya.
“Ada 2 rumah sebenarnya yang rusak berat. Kondisinya sudah miring bangunannya. Dari data terakhir ada 5 jiwa yang tinggal di 2 rumah itu,” katanya.
Melihat kondisi ini, sebenarnya pemerintah desa sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait, termasuk melakukan pembuatan drainase untuk mencegah terjadinya pergerakan tanah yang semakin parah.
Tak hanya itu, pengajuan pada pemerintah kabupaten agar dilanjutkan pada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak juga sudah dilakukan. Mengingat pergerakan tanah ini terjadi karena adanya erosi dari sungai yang berada tidak jauh dari pemukiman warga.


